Selasa, 01 Maret 2011

neurologi anak



Pendekatan Neurologi Pada Penilaian Perkembangan Anak



PENDAHULUAN

Masa depan suatu masyarakat tergantung dari kemampuannya dalam merawat dan mengasuh serta menangani kesehatan generasi berikutnya. Anak anak pada masa kini akan menjadi anggota masyarakat, pekerja, dan orang tua untuk masa yang akan datang.

Bila kita gagal dalam memberi atau menentukan kebutuhan yang diperlukan untuk membangun fondasi yang kuat dalam segi kesehatan kehidupan yang produktif, akan beresiko untuk keadaan dan keamanan dimasa depan.

Pemahaman akan pentingnya penanganan pada anak usia dini berkembang berdasarkan atas 2 hal, yaitu: (i) Berdasarkan penelitian neurobiology pada proses pembentukan arsitektur otak dimana terdapat interaksi antara genetic dan pengalaman dasar. Sementara itu disadari bahwa untuk menghadapi persaingan dalam proses ekonomi global yang sangat kompetitif, dibutuhkan tenaga kerja yang sangat terampil dan populasi dewasa yang sehat. (ii) Penanganan pada usia dini melibatkan masyarakat, termasuk keluarga dan pengambil keputusan, baik dalam bidang formal maupun informal.

Setiap anak merupakan individu yang unik dan perkembangan yang terjadi mengikuti pola tertentu, dengan kecepatan yang berbeda antar individu tersebut dan dari waktu kewaktu. Perkembangan ini dipengaruhi banyak factor antara lain keadaan saat dalam kandungan,lahir, dan sesudah dilahirkan (termasuk stress yang dihadapi).

Pemahaman dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan mengenai anak usia dini dan perkembangan otak pada usia dini akan menghasilkan kebijakan program penanganan anak usia dini yang berefek pada kehidupan anak yang lebih baik.

PERKEMBANGAN ANAK

Perkembangan adalah proses yang berlangsung sejak konsepsi, lahir dan sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini, anak2, dan dewasa menjadi lebih kompleks dan berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup.

Perkembangan anak adalah bagaimana seorang anak menjadi dapat melakukan sesuatu yang lebih kompleks dengan bertambahnya usia.

Perkembangan anak normal meliputi perkembangan keterampilan seperti: (a)Motorik kasar: menggunakan sekelompok otot untuk duduk, berdiri, berjalan, lari dll, mempertahankan keseimbangan dan berubah posisi. (b) Motorik halus: menggunakan tangan untuk dapat makan, menggambar, memakai baju, bermain, menulis dll. (c) Bahasa: berbicara, menggunakan bahasa tubuh dan gesture, berkomunikasi dan mengerti apa yang dikatakan orang. (d) Kognitif: keterampilan untuk berpikir, termasuk belajar, mengerti, memecahkan masalah, mengemukakan alasan dan mengingat. (e) Sosial: berinteraksi dengan orng lain, mempunyai hubungan dengan keluarga, teman, guru, bekerjasama dan dapat berespon terhadap perasaan orang lain.

Tahapan perkembangan adalah sekumpulan keterampilan fungsional atau kemampuan berdasarkan usia yang dapat dilakukan oleh kebanyakan anak pada usia tertentu.

Berdasarkan penelitian2 yang melibatkan neurosciences, perkembangan psikology, dokter anak dan ahli ekonomi; National Scientific Council yang berpusat di Pusat perkembangan Anak di Universitas Harvard memaparkan adanya Inti konsep perkembangan anak (terutama perkembangan anak pada usia dini) yang bertujuan untuk membantu masyarakat dan pengambil keputusan untuk memahami prinsip inti bagaimana kerja tubuh dan mementukan langkah yang diambil untuk menggerakan masyarakat.

INTI KONSEP PERKEMBANGAN ANAK

Inti konsep perkembangan anak terdiri dari 6 langkah yaitu: (1) Perkembangan anak adalah dasar untuk pembentukan komunitas dan perkembangan ekonomi; karena anak yang pandai/cakap akan menjadi dasar untuk tercapainya keberhasilan dan menjadikan masyarakat yang tangguh. (2) Perkembangan otak berlangsung berdasarkan waktu. (3) Adanya pengaruh interaksi antara gene dan pengalaman akan membentuk arsitektur perkembangan otak, dan hal yang penting adalah adanya proses timbale balik dan keterlibatan hubungan anak dengan orang tua dan pengasuh didalam keluarga maupun masyarakat. (4) Arsitektur otak dan terbentuknya kemampuan dibentuk dari bawah keatas, dimulai dengan lintasan otak dan keterampilan yang sederhana merupakan penopang untuk lintasan dan keterampilan yang lebih sulit. (5). Toksik stress pada masa usia dini akan berhubungan dengan efek pada sistim saraf dan sistim hormone stress yang menetap yang dapat merusak arsitektur pembentukan otak dan menimbulkan masalah dibidang proses pelajar, tingkah laku, kesehatan fisik dan mental disepanjang hidupnya. (6). Menciptakan kondisi yang tepat untuk proses pembentukan anak usia dini akan lebih efektif dan lebih murah disbanding penanganan pada usia yang lebih besar.

KONSEP PERKEMBANGAN ANAK

(1) Perkembangan dini dari keterampilan kognitif, emosional, kemampuan bersosialisasi dan kesehatan jiwa dan fisik akan membangun dasar yang kuat untuk suatu keberhasilan pada usia dewasa.

Setelah melewati masa singkat yang penting untuk pencapaian disekolah yang positip, yang merupakan prasyarat kritis untuk produktifitas ekonomi dan tanggung jawab sebagai warga negara sepanjang hidupnya.

Semua aspek modal orang dewasa mulai dari keterampilan untuk bekerja sampai tingkahlaku mau bekerjasama dan tidak melawan hukum, dibentuk sejak masa kanak-kanak sejak dilahirkan;

Pembentukan dasar arsitektur otak dimulai melalui suatu proses yang berkesinambungan mulai dari saat dalam kandungan, berlangsung sampai dewasa. Proses pembentukan ini melewati tahapan kritis yang berhubungan dengan lintasan spesifik yang berhubungan dengan kemampuan/keterampilan spesifik. Perkembangan pertambahan kemampuan yang kompleks dan lintasan yang mendasari dibangun diatas sirkuit atau keterampilan yang telah terbentuk sebelumnya. Melalui mekanisme tersebut, pengalaman pada tahap awal akan merupakan fondasi/dasar untuk belajar berkelanjutan, tingkah laku, kesehatan mental dan fisik.

(2) Adanya dasar yang kuat pada tahun pertama kehidupan meningkatkan kemungkinan hasil ahir yang positip; dan fondasi yang lemah akan meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya kesulitan dimasa yang akan datang.

(3) Arsitektur otak terdiri dari seperangkat lintasan saraf yang sangat terintegrasi, yang terhubung dibawah pengaruh yang terus menerus dan timbal balik dari genetic dan lingkungan.

Gene berperan dalam menentukan saat pembentukan lintasan otak yang spesifik; kemudian pengalaman pribadi akan menentukan bentuk formasi tersebut.

Proses perkembangan ini dimotori oleh kemauan diri sendiri, dorongan sejak lahir yang merupakan karakteristik dasar manusia. Input sensorik yang sesuai (melalui pendengaran dan penglihatan) dan berkesinambungan, hubungan yang responsive membangun arsitektur otak yang sehat serta menentukan kekuatan fondasi untuk proses belajar dikemudian hari, tingkah laku dan kesehatan. Hubungan yang paling penting dimulai dalam keluarga, tapi seringkali melibatkan dewasa lain yang memberi peran penting pada kehidupan anak termasuk perawatan dini dan pendidikan.

Pada masa perkembangan dini, proses memberi dan menerima terjadi saat anak secara alamiah berinteraksi melalui mengoceh, ekspresi wajah, pengucapan kata, gerak tubuh dan menangis dan respon dari orang dewasa adalah melakukan hal yang sama misalnya bersuara, dan melakukan gerakan tubuh yang sama dan proses tersebut berlangsung timbal balik. Hal timbal balik tersebut akan lebih efektif bila dilakukan secara terintegrasi dengan hubungan anak dan dewasa yang berkesinambungan. Interaksi yang saling menguntungkan ini penting sebagai prasyarat untuk perkembangan lintasan otak yang sehat dan meningkatkan kemampuan keterampilan yang kompleks.

(4) Lintasan diotak yang memproses informasi dasar, terbentuk lebih dulu dibanding lintasan yang memproses informasi yang lebih kompleks. Tingkat lintasan yang lebih tinggi terbentuk pada lintasan yang lebih rendah, dan adaptasi pada tingkatan yang lebih tinggi ini akan sulit bila lintasan pada tingkat yang lebih rendah tidak terbentuk dengan sempurna.

Sejajar dengan terbentuknya lintasan diotak, terjadi pula penambahan pembentukan kemampuan kompleks pada kapasitas dasar yang leebih dasar yang telah lebih dulu terbentuk. Misalnya kemampuan untuk mengerti dan menyebutkan nama suatu benda, akan didahului oleh pembentukan kemampuan untuk membedakan dan menghasilkan suara pada bahasa tertentu.

Lintasan yang melatar belakangi kemampuan untuk menyusun kata, untuk berbicara dalam kalimat merupakan dasar untuk dapat membaca dan menulis dalam buku.

(5) Kemampuan kognitif, emosional dan sosial tidak terpisahkan dengan rangkaian yang terjadi sepanjang hidup.

Otak merupakan organ yang sangat terintegrasi, dan mengoperasikan banyak fungsi yang sangat terkoordinir. Kemampuan emosional dan sosial akan membentuk fondasi yang kuat untuk mendapatkan kemampuan kognitif dan bersama sama akan merupakan fondasi untuk pembentukan manusia.Jadi kemampuan mempelajari bahasa tidak saja dipengaruhi oleh baiknya pendengaran, kemampuan membedakan suara, kemampuan untuk menghubungkan antara mengartikan suatu kata yang spesifik, tapi juga ditentukan oleh konsentrasi, perhatian, dan keterlibatannya dalami nteraksi sosial yang berarti.

Kesehatan emosional, keterampilan sosial dan kemampuan kognitif berbahasa yang terjadi pada usia dini merupakan prasyarat untuk keberhasilannya disekolah, dan kemudian ditempat bekerja serta dimasyarakat. Dengan adanya proses maturitas, arsitektur otak juga berkembang dan berinteraksi, sehingga mempengaruhi seluruh aspek perkembangan dan kesehatan.

(6). Toxic stress pada usia dini akan berhubungan dengan efek yang menetap pada sistim saraf dan sistim hormone stress yang dapat merusak arsitektur otak yang sedang trebentukdan akan menimbulkan kesulitan dalam belajar, tingkah laku, kesehatan fisik dan mental sepanjang hidupnya.

Aktifasi sistim penanganan stress pada tubuh akan menimbulkan reaksi fisiologis yang bermacam macam; termasuk peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, dan meningkatnya kadar stress hormone (cortisol) dan protein yang berpengaruh terhadap inflamasi (sitokin). Respons tersebut mempersiapkan badan untuk bertarung dan menang.

Proses perkembangan yang sehat tergantung dari kemampuan sistim ini untuk secara cepat menangani masalah, kemudia kembali lagi kekeadaan dasar bila ancaman telah hilang.

Bila respons fisiologis ini tetap teraktifasi dalam waktu yang lama, akan menimbulkan efek samping. Yang paling terlihat adalah efek kadar kortisol yang tinggi, yang akan merupakan bahan toksik untuk pembentukan arsitektur otak.

Adanya stress pada usia dini akan menghambat pertumbuhan atau sangat merusak, tergantung intensitas dan lamanya pengalaman tersebut, perbedaan tiap individu dalam berespons secara fisologis terhadap stress, dan dukungan orang dewasa dalam menangani masalah tersebut.

Ada 3 macam stress yang berbeda dan akan menimbulkan hasil akhir yang berbeda pula, yaitu:

(a) Positive stress, berhubungan dengan respons fisiologis sedang dan untukwaktu yang singkat, misalnya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah yang singkat atau peningkatan ringan kortisol dan sitokin. Faktor pencetusnya berupa pengalaman yang bervariasi pada perkembangan anak usia dini yang normal, misalnya kesempatan untuk bertemu dengan orang banyak, menghadapi perpisahan, mendapat imunissi, membiasakan diri dengan norma yang ditetapkan orang dewasa atau disiplin. Stress ini penting untuk perkembangan yang sehat yang terjadi dalam suasana hubungan yang mendukung dan stabil, yang akan menolong anak untuk mengembalikan kortisol dan hormone lain kekadar yang normal lagi dan menolong anak untuk mengembangkan control diri.

(b) Stress yang dapat ditoleransi, berhubungan dengan respons fisiologis yang dapat mengganggu arsitektur otak, tapi dapat dikendalikan dengan adanya hubungan yang mendukung yang akan menmfasilitasi adaptive copy sehingga tekanan darah dan kadar stress hormon kembali kenormal. Faktor pencetusnya dapat berupa ancaman yang bermakna misalnya kematian atau sakitnya orang yang dikasihi,kecelakaan yang menakutkan, perceraian orang tua, Pengalaman seperti ini dapat berefek jangka panjang tapi dapat ditoleransi bila berlangsung pada periode waktu yang terbatas, dimana orang dewasa member dukungan untuk melindungi anak dengan mengurangi pengalaman yang stressful, sehingga member kesempatan pada otak untuk pulih dari efek yang potensial menimbulkan kkerusakan akibat berlebihannya sistim penanganan stress.

(c) Toksik stress, berhubungan dengan berat dan berkepanjangannya sistim penanganan badan terhadap stress, karena tidak adanya proteksi untuk menetralisir yang berasal dari dukungan orang dewasa. Pencetusnya dapat kemiskinan yang berat karena berhubungan dengan keadaan keluarga yang kacau balau terus menerus, perlakuan yang kejam secara fisik dan emosional yang berulang, tidak diperhatikan untuk waktu yang lama, depresi ibu yang berat, kekerasan dari orang tua yang terus menerus, terpapar dengan kekerasan dalam masyarakat atau antar keluarga. Gambaran dasar dari toxic stress adalah tidak adanya konsistensi, hubungan yan mendukung agar anak dapat mengatasi dan menimbulkan respons fisiologis untuk mengembalikan lagi ke keadaan dasar. Pada keadaan tersebut meningkatnyahormon stress yang terus menerus dan mempengaruhi keadaan kimia diotak menghasilkan kadar internal fisiologis yang akan mengganggu perkembangan arsitektur otak yang dapat mneimbulkan kesulitan dalam hal proses belajar, mengingat dan regulasi diri. Stimulasi yang terus menerus dari system respons terhadap stress juga dapat berpengaruh terhadap sistim imun dan mekanisme pengaturan metabolik, akan menimbulkan ambang untuk bereaksi yang rendah yang menetap sepanjang hidupnya. Sehingga anak yang mengalami toksik stress pada masa kanak dini akan berkembang menjadi orang yang rentan terhadap sakit fisik yang berhubungan dengan stress (misalnya penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes) dan juga masalah kesehatan jiwa (seperti depresi, kelainan anxietas, dan penyalah gunaan zat terlarang).

(7) Menciptakan kondisi yang benar untuk perkembangan anak dini akan lebih efektif dan lebih murah dibandingkan penanganan masalah dimasa yang akan datang.

Dengan matangnya fungsi otak dan makin spesialistik untuk melakukan fungsi yang lebih kompleks, dan menjadi kurang mampu untuk dilakukan reorganisasi dan beradaptasi terhadap hal baru yang tidak diharapkan. Sekali lintasan itu terbentuk, akan makin stabil dengan bertambahnya usia, dan menjadi lebih sulit untuk dirubah.

Kapasitas otak untuk berubah disebut plasticitas, Plastisitas ini maksimal pada usia dini, dan akan berkurang dengan bertambahnya usia.Walaupun celah kesempatan untuk perkembangan keterampilan dan tingkah laku adaptasi akan terbuka untuk beberapa tahun kemudian, tapi merubah atau membangun kemampuan baru pada dasar lintasan otak belum terbentuk sebagaimana mestinya memerlukan waktu yang lebih lama dan lebih mahal. Pada otak, berarti membutuhkan tenaga fisiologis yang lebih besar atau perlu kompensasi dari lintasan yang tidak terbentuk dengan semestinya. Sedangkan untuk masyarakat ini memerlukan pendidikan remedial, penanganan klinik, dan intervensi professional; hal tersebut lebih mahal dibandingkan memperkaya sirkuit, memberikan hubungan yang melindungi, dan pengalaman belajar yang sesuai pada masa kanak dini. Jadi pembentukan yang benar sejak awal akan lebih efisien dibandingkan memperbaiki keadaan dikemudian hari.

Agar didapatkan perkembangan pada usia dini yang lebih optimal, disarankan adanya kebijakan2 dari pembuat keputusan yang memfasilitasinya yaitu: (1) Kebijakan yang berinisiatif untuk menciptakan hubungan yang mendukung dan memberi banyak kesempatan anak usia dini untuk belajar, akan menciptakan landasan yang kuat untuk belajar ditingkat yang lebih atas, yang akan diikuti dengan produktifitas yang banyak ditempat bekerja dan menjadi warga negara yang solid di masyarakat. (2) Untuk keberhasilan program penanganan pada anak usia dini, penanganan dikembangkan dirumah dan komunitas, berupa pendidikan pada orang tua, dukungan pada keluarga, pendidikan usia dini, usia prasekolah dan institusi yang melakukan intrevensi. (3) Bila orang tua, program masyarakat yang informal dan tenaga professional yang menangani anak usia dini member perhatian terhadap kebutuhan emosional dan sosial anak, selain mengembangkan kemampuan kognitif, akan member manfaat terhadap pembentukan arsitektur otak dan mempersiapkan keberhasilan dijenjang sekolah. (4) Bila pemantauan dilakukan oleh tenaga kesehatan dasar dan program anak usia dini maka adanya masalah yang memerlukan penanganan dapat segera diketahui dan ditangani. (5) Prinsip dasar neuroscience dan proses terbentuknya keterampilan pada manusia menunjukan bahwa intervensi yang tepat pada anak usia dini, hasil ahirnya akan lebih bermakna bila dibandingkan dengan remediasi yang dilakukan pada usia yang lebih besar. (6) Kualitas pelayanan pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh keterampilan dan kemampuan tenaga pelayanan dalam hal membangun hubungan yang positip dengan anak. Sehingga prioritas harus diutamakan untuk memberi pelatihan, pengambilan pegawai dan menciptakan tenaga yang berkualitas.



KESIMPULAN

Perkembangan anak dipengaruhi oleh genetic dan lingkungan.

Perkembangan anak pada usia dini merupakan dasar untuk keberhasilan seseorang pada usia dewasa.

Penanganan yang tepat pada kelompok usia dini akan berdampak pada generasi berikutnya; dan hasilnya akan lebih bermakna bila dibandingkan dengan penanganan masalah pada anak yang lebih besar.

Penanganan anak usia dini melibatkan orang tua, masyarakat dan dukungan kebijakan2 dari pengambil keputusan.



KEPUSTAKAAN

National Scientific Council on Developing Child. The Science of Early childhood development. Closing the gap between what we know and what we do: center on the developing child. Harvard University 2007.

Kyla Boyse. Developmental Milestones. http://www.med.umich.edu/llibr/yourchild/devmile.htm; download November 2008

Effective Practice: Child Development. http://www.med.umich.edu/llibr/yourchild/devmile.htm, download November 2008

Charles Njiokiktjien. What is development. In Pediatric Behavioural Neurology. Clinical Principle vol 1.Suyi Publicaties. Amsterdam 1988:24-36

David Andrewes. Neuropsychology. From theory to Practice. Psychology Press Ltd., New York 2001:1-34



Catatan:

Disajikan pada acara: “Penyusunan Pedoman Pemberdayaan Usila Untuk Meningkatkan Intelegensi Anak”, Puncak, Jawa Barat, Rabu, 3 September 2008. < pusatp3ik@yahoo.com Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya Alamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya >

Staf pengajar Lab/SMF Ilmu Penyakit Saraf, subdivisi Saraf Anak RSHS/FK UNPAD Bandung. Mobile: 08122109005. Fax: 022 7304903. < aminahdr@yahoo.co.id Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya Alamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya >

Tidak ada komentar: